Senin, 11 September 2017

Membunuh mandor 2

Mata Bagong merah api. Giginya gemeletuk. Kembali ia cengkram botol berisi towak itu. Tegukan terakhir, ia kembali mengumpat. Seisi warung hanya diam, sudah biasa. Toh, Mereka semua di sana sama-sama mabuk. Tempat bagi mereka yang kalah pada ganasnya dunia.

Tubuh Bagong semakin ringkih. Tahun berganti dan tubuhnya semakin dimakan waktu. kontras dengan julukannya si Bagong. Dulu sebelum ia bekerja di pabrik itu tubuhnya gemuk, bahkan terlalu gemuk. Tapi tuntutan kerja dan kediktatoran atasannya menggerus habis tubuhnya. Setelah apa yang dilakukannya bertahun-tahun untuk pabrik itu dan atasannya,hanya pemecatan dan hinaan yang akhirnya ia terima.

Belum puas ia habiskan umpatan-umpatan itu di warung. ia muntahkan amarahnya di medsos. Di sana ia menemukan banyak dukungan. Ratusan like dan komentar yang ikut mengumpat. Ia merasa menang, membuat hatinya sedikit lega.

Tiba-tiba satu komen yang kembali membuat ia naik darah.

"K**t*l kau gong, temui aku dan kita fight." Bunyi komentar itu. Atasannya. Atasan yang memperlakukannya seperti anjing  dan membuangnya seperti sampah.

Ia lempar hapenya pada sebuah dinding. Pecah. Ia pungut kembali kepingannya. Ia menyesal, itu hape istrinya. Bisa mampus ia nanti.

Ini semua gara-gara anjing yang memecatnya itu. Ia akar dari semua masalah yang menimpanya. Atasannya itu harus mati. Ia tau harus menemui siapa.

🎃

"Kau tau berapa harga yang harus kau bayar?". Tanya laki-laki kurus yang duduk di hadapan Bagong.

Laki-laki kurus itu terkenal dengan nama jek. Pembunuh bayaran yang tak pernah  gagal sekalipun. Di sampingnya berdiri 2 bodyguard berbadan besar.

"Untuk saat ini saya tidak ada uang yang cukup. Sementara ambil motor saya sisanya akan saya bayar setelah orang itu benar-benar telah mati." Kata Bagong.

Jek, memandang Bagong sejenak. Menghisap cerutunya dan tertawa.

"Hahaha... Temui preman jalanan, berikan motormu dan suruh mereka melakukan tugas itu. Ini bukan tempatmu, njing."

"Aku punya sepetak tanah. Bantulah saya." Bagong menyodorkan selembar foto, foto atasannya.

"Ia pantas mati. Tolonglah kita sama-sama pribumi"lanjut Bagong memelas.

"Ini mandormu?"

"I.. iya bos. Bagaimana si bos tau?"

"Dia baru saja menemuiku di sini, membayar kami dengan harga yang pantas untuk kepalamu." Ujar Jek. Ia bangkit. Menghampiri Bagong diikuti kedua bodyguardnya.

Bagong melangkah mundur. Mendekati pintu keluar.
"A..ampun.. s.. sa..saya akan membayar kalian lebih."

Salah satu bodyguard dengan cepat mengunci pintu.

bodyguard yang satunya memegang kedua tangan kurus si Bagong. Mencengkram kepalanya dan menghantamkannya ke lantai. Mereka bergantian menginjak-injak kepala si Bagong. Bagong tak berkutik. Kini ia sempurna seperti sampah terkulai bersimbah darah.

Bagong mencoba bangun di sisa kesadarannya, tapi terkapar lagi. Samar ia melihat seseorang berkulit putih melangkah dan berdiri tepat di atas kepalanya. Seseorang yang paling ia benci.

Orang itu tersenyum membuka resleting celananya. Air beraroma Pesing kemudian mengucur deras di wajah Bagong. Air itu bercecer di lantai bercampur darah segar.

"k*n**l kau gong."katanya.

Diikuti satu tendangan telak ke wajah Bagong, dunia sudah berakhir untuknya.

..

Santiagomufc,
110917

0 komentar:

Posting Komentar