Kamis, 11 Mei 2017

Istana untuk Dewi

Cerpen
Inspired by true story.

Lelaki itu, pemuda biasa, bahkan jauh di bawah standar gadis aceh sepertinya, ia seorang pemulung. Datang 2 tahun yang lalu dari tanah jawa. Entah jawa yang mana. Tidak ada yang tahu. Mereka hanya tahu ia hanya pemulung yang ekonominya selalu datar.

Dewi memandangya berkali-kali dan ia hanya menemukan satu rasa yang sama. Ia tergila-gila. Ada yang berbeda dari pemuda dekil itu. Entahlah? Mungkin rahangya yang kokoh, kulitnya yang hitam, atau senyumnya yang damai? Tidak juga, ia tak memiliki semua itu. Dewi hanya jatuh cinta, sebuah cinta tak pernah sampai jadi kata.

Hari berlalu hingga mencapai puncak di bulan ke 12 Dewi menyimpan rasa itu. Hingga pada suatu malam. Pemulung itu datang dan melamarnya. Tak mudah bagi lelaki Jawa yang berekonomi rendah meyakinkan keluarganya. Tapi bukankah cinta tak memandang tahta dan harta? Tapi mau makan apa? Entahlah Pemuda itu akhirnya menikah dengan Dewi.

Hari-hari melebur bersama bahagia mereka berdua. Meski Pemuda itu tetap seorang pemulung dan ekonomi semakin sempit.

Cibiran berhamburan dimana-mana, kenapa memilih pemuda itu, ia pernah dilamar seorang mandor pabrik.

Gadis dungu, apa yang dilihat dari pemuda kumuh itu?

Coba saja dulu ia menerima lamaran perwira itu mungkin hidupnya takkan semiskin itu.

Dewi, acuh. Apalah artinya miskin. Bersama pemuda itu ia memiliki kekayaan yang tiada duanya.

Tapi abang Dewi tak lagi mampu menahan. Ia mengusir pemuda itu. Pemuda itu akhirnya pergi dan membangun sebuah gubuk dekat hutan, kabar baiknya Dewi selalu disampingnya.

Hari kembali merambat, meski pelan tapi pada akhirnya 3 tahun berlalu tanpa sedikitpun sesal yang dirasakan Dewi. Pemuda itu tetap menjadi pemulung.

Siang di bulan mei, matahari menyengat hebat. Beberapa mobil polisi mengepung gubuk dekat hutan itu. Warga di sana berkumpul. Ingin tahu.

Suami Dewi kriminal?

Sudah ku duga.

Tapi polisi-polisi itu menjabat tangan si pemuda dekil itu.

Apa? Ada apa? Siapa pemuda itu? Hei, kenapa polisi-polisi itu menjabat tangannya.

Ia adalah intel yang ditugaskan di sini.
Apa?
I...intel katamu?

Waktu kini berlari, pemuda itu mengajak Dewi pulang ke Jakarta.

"Maaf sayang ada banyak yang ku rahasiakan darimu selama ini. Tapi kau tahu? Ada satu hal yang tak pernah menjadi rahasia, aku mencintaimu." Ujar pemuda itu.

"Ini rumahku, meski tak senyaman istana kita di sana semoga ini bisa menjadi istana kita berikutnya."
Sebuah rumah super mega berdiri angkuh di hadapan Dewi.
...
Santiagomufc
10/05/17

0 komentar:

Posting Komentar