Selasa, 16 Mei 2017

Kopi susu

Intro

Bagi seorang lelaki jantan menanyakan harga dari sesuatu yang ingin ia beli adalah sebuah larangan. Pamali. Haram. Itu termasuk bertanya harga dari secangkir kopi di warung.

Kebanyakan lelaki, ia pergi ke warung, memesan kopi, memakan gorengan, roti, ngobrol sama mbak penjaga warung (kalo cantik dan masih muda), kemudian bayar. Meski pada akhirnya harga secangkir kopi, secuil gorengan, atau sebungkus snack setinggi pohon mahoni, ia harus membayar dengan jantan. Tanpa protes tanpa nawar. Jika ada lelaki yang suka nawar maka patut dipertanyakan keabsahan si tukang sunatnya dulu.

....

Suatu siang di bulan sebelum Ramadhan. Di sebuah kedai kopi pinggir jalan, dekat hutan. tempatnya nyaman. Jika kau duduk di sana kau bisa melihat  3 pemandangan sekaligus. Kendaraan lalu lalang, hutan rimba dan jika kau beruntung kau bisa melihat gadis-gadis manis yang baru pulang sekolah dan jika kau lelaki  yang paling paling paliiiiing beruntung di dunia ini, kau bisa menyaksikan sepasang harimau kawin di tengah rimba. Ah sayangnya aku tak pernah seberuntung itu.

Penjaga warung itu adalah emak-emak yang sekaligus menjabat sebagai owner warung. Ia tua(sudah pasti), jika tersenyum maka kau akan melihat salah satu giginya berwarna perak dan tak lupa kalung emas sebesar rantai kapal menggantung di lehernya. Satu aturan yang harus kau pegang kawan, sebelum pergi ke sana. Jangan sekali-kali membuat lelucon lucu yang bikin ia tersenyum apalagi tertawa. i-n-g-a-t itu!!! Atau kopi akan berSIANIDA.

Aku? Lupakan tentangku sementara waktu. Ini kisah Biyot, kura-kura, ayam dan si mantan playboy, Udin.

Mereka pergi ke warung itu. Siang itu. For the first time and maybe for the last.

Biyot memesan kopi hitam, kura-kura memesan kopi susu, ayam memesan susu dan si playboy Udin memesan jahe anget (minuman wajib bagi seorang veteran playboy).

Mereka ngobrol tak tentu arah, Biyot ngobrolin emyu, ayam ngobrolin sugIono tokuda, udin ngobrolin masa kejayaan ketika menjadi playboy dulu.

Obrolan mereka tiba-tiba canggung. Si emak tiba-tiba ikut ngobrol. Lebih sering tertawa dan sering tersenyum.
Ting.. ting... Ting... Gigi perak bersinar terkena cahaya matahari siang.

Kopi berasa lumpur, jahe berasa kemiri, susu berasa santan, duduk jadi serba salah posisi. Mereka memutuskan pamit.

"Berapa mak?"Tanya si Udin. Udin janji mau nraktir ketiga kawannya itu.

Untuk menjumlah 4 cangkir minuman si emak butuh waktu 2 menit dan kalkulator.

"Hiihii... Ting!! 30 rebu mas."

Udin menggaruk pantat, mau nanya harga takut disunat lagi, mau protes dia lelaki terlebih ia mantan playboy.

Tapi tiba-tiba suasana menjadi seperti panggung dangdut. Si emak seperti elvi Sukaesih dan Udin seperti Mansyur s. Lagu kopi susu pun terlantun, mendayu-dayu.

"10 ribu untuk bayar kopinya a a a, 20 ribu untuk bayar ngobrolny.a.a.a a a".

.... Dan Sedayu lawas hujan salju.

0 komentar:

Posting Komentar