Minggu, 30 Juli 2017

Yulia

Ingatkah saat pertama kali matanya membuatmu takluk, mata indahnya itu. Ada sesuatu yang memancar indah dan kau jatuh cinta.

Ingatkah? ia lebih memilihmu ketika ada banyak pemuda yang lebih baik darimu menginginkan cintanya.
Ingat? ketika si anak juragan itu datang melamarnya dan ia menolak.
Ingat ketika si pemuda ganteng pegawai bank itu juga membawa kedua orangtuanya untuk melamarmu dan ia pun menolak. Demi kamu.
Ia tau kau tak memiliki apapun, hanya cinta.

Ia percaya, kau takkan membiarkannya mati kelaparan.
Karena kau punya cinta.

Ingatkah kau? Ketika kau berada dititik paling bawah dalam hidupmu dan orang-orang mulai mencemooh.
Kau gagal
Kau gagal
Kau gagal
Ia selalu ada di sampingmu untuk menguatkan.
Ia bilang,
Ini hanya proses, bersabarlah.

Kau pasti ingat, kawan, saat malaikat kecil kalian datang ke dunia ini. Lihat matanya seindah mata ibunya.
Dan malaikat kecilmu itu telah membuka lebar pintu rejekimu.

Dan hari ini kau berada di atas, orang-orang datang untuk menyanjungmu. Iya, mereka yang dulu sering menghujanimu dengan ejekan. Seperti badai.
Kau tau, ternyata saat yang paling menyenangkan untuk diingat dan dikisahkan adalah saat-saat kau terpuruk itu.

Gadismu yang bermata indah itu telah dimakan usia, ia tak secantik dulu, sedangkan di luar sana gadis-gadis muda begitu menggoda.
Hanya saja kau adalah lelaki yang sama. Lelaki dengan cinta.
"Jika ia selalu ada di saat kau terpuruk ke bawah,
Maka ia harus selalu ada ketika kau berjaya." Katamu.

Kau tau kawan kisahmu memberikan ruang lebih luas untuk pikiranku yang selalu sempit ini. Bahwa hidup bukan hanya soal materi, tapi bagaimana berjalan dan selalu bersyukur.

Dan kau membuatku mulai percaya, kehebatan seorang laki-laki tak lepas dari kehebatan istri. Ia adalah pondasi.
..
Pilihlah pasangan hidup bukan hanya karena kecantikannya tapi karena agamanya. Sungguh kelak ia akan menjadi sandaran terakhir ketika orang-orang meninggalkanmu.

..
31 juli 2017
Santiagomufc
Di titik terendah, paling rendah.
To my beautiful angel, Yulia.
Thanks for being on my side as always.

Sabtu, 22 Juli 2017

Ridho (sebuah cerpen yang semoga bisa menjadi inspirasi)

Gadis itu berlari mengimbangi deras hujan. Memeluk erat sebuah kardus berisi snack. Semoga tak basah...
Semoga tak basah...

Ia membungkuk menjaga kardus itu dari rintik hujan yang semakin menjadi. punggungnya basah. tak apa yang terpenting snack itu tak melempem ketika sampai di tangan pelanggan.

"Kenapa lama sekali?" Pemilik toko ketus,
"Basah gak tuh?" Matanya melirik, sebuah tatapan  jahat.

Tapi gadis itu sudah terbiasa dengan si ibu hj. Pemilik toko snack itu. Silahkan ketus, silahkan ngomel, silahkan marah-marah yang penting gaji tak pernah telat.

Suatu saat semua ini akan terbayarkan. Gadis itu tersenyum. Sebuah senyum manis, ya selalu terlihat manis.

Ia datang ke toko itu pagi-pagi sekali dan pulang ketika matahari hampir pamitan. Selalu seperti itu setiap hari, jenuh? Mimpi-mimpinya selalu memberi nyala dan warna.

"Semua ini akan terbayar." Kalimat itu yang selalu ia gumamkan ketika lelah dan jenuh sampai pada puncaknya.

Ia tak bisa Melanjutkan kuliah, tak mungkin. Ibu dan kedua adiknya hanya bergantung padanya. Bapaknya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Dan kini detak kehidupan keluarganya hanya bersandar di punggungnya. Tapi ia tahu mimpi-mimpinya akan selalu hidup.

Sepulang dari toko ia biasanya membantu ibunya di dapur, menemani adik-adiknya belajar dan ia akhiri malam dengan menulis. Menulis apa saja, keluh kesahnya, ibu hj. Yang tiba-tiba menjadi sangat lembut, mungkin menang undian atau dapat umroh gratis lagi. Tentang pelanggan yang selalu rewel atau yang suka ngutang. Dan selalu tentang seorang pemuda berotot yang bernama santiago itu.

Hei, tentang pemuda itu, ia gak ganteng, gak kaya, tapi ia selalu menjadi tokoh utama dalam catatan-catatannya.

Mungkin ototnya, bukan.

Mungkin giginya yang maju itu ,ih bukan, apaan sih.

Mungkin, ia orang kaya, bukan, ia hanya penjual snack eceran  di rumahnya, ia biasanya belanja di toko ibu hj, makanya si gadis bermata teduh itu kenal dengannya.

Mungkin ia pemuda sederhana yang Sholeh, ya gadis itu menyukai kesederhanaan Santiago.

Ia menulis setiap malam, sesuatu yang ia yakin suatu hari nanti akan menjadi sebuah karya. Sebuah buku yang akan menginspirasi banyak orang. Itu mimpinya.

##

Sore itu sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Ada tamu, sepasang suami istri dan seorang pemuda yang ia kenal, Parman.

Ia mengerti maksud kedatangan mereka dan ia tau Parman adalah pria begundal kaya raya yang manja. Ia sering menggoda wanita, mabuk-mabukan dan gak punya iman, sadis sekali, tapi kenyataannya memang seperti itu, pergi ke masjid aja gak pernah.

Gadis itu menolak dengan santun, Parman dan kedua orangtuanya pulang  dengan tangan hampa, marah dan kecewa. Siapa dia? Berani menolak lamaran Parman.

"Kenapa menolak, nak? Itu satu-satunya jalan yang bisa membuat hidup kita lebih mudah."

"Bu, percayalah tak akan ada kehidupan yang lebih baik jika Allah saja ia tak kenal. Percayalah tanpa mereka hidup kita akan lebih baik, ibu sabar."

##

Hari-hari berlanjut seperti lari siput yang sedang keseleo kakinya. Rutinitas yang sama. Toko snack, ibu Hj. Yang ketus, pelanggan yang rewel dan menulis yang tiada henti.

Kabar baiknya, ia sudah mulai menulis cerpen dan mulai mengirimkan ke koran dan majalah. Beberapa cerpennya diabaikan tapi ia tak pernah menyerah. Ia terus menulis hingga pada suatu hari sebuah majalah menerbitkan cerpennya. Sebuah cerpen yang menjadi awal dari cerpen-cerpen yang lahir dari karyanya. Tulisan-tulisan yang menginspirasi.

Waktu berjalan seperti siput yang berjalan, kakinya sudah sembuh tapi ia tak mau lari. Gadis itu, tak lagi bekerja di toko snack ibu Hj. yang ketus. Ia sudah menjadi hebat, mengisi seminar-seminar kepenulisan, bahkan dua novelnya sudah di filmkan.

Kau tau siapa gadis hebat itu? Ia adalah kau,
Kau gadis yang tak pernah menyerah dengan keadaan.
Gadis dengan mimpi-mimpi besarnya.
Gadis yang tak pernah silau dengan kemilau berlian,
Gadis yang ketika keras kehidupan mencekik lehernya ia akan bergumam

Semua ini akan terbayar.

==
Santiagomufc
Betiring, 23 Juli 2017..
==

Jumat, 21 Juli 2017

Ceker Sapi

"Tapi saya gak pernah pidato di depan orang banyak pak." aku memelas

"Sudah tak apa, Maju saja. sampaikan apa yang ada dalam perutmu." bujuk pak kades

"Haduh pak, terakhir saya pidato saat saya masih duduk di taman kanak2 pak,"
"Lah itu bagus, kamu sudah punya pengalaman."

"Ahh.. Nanti kalau aku ngompol di atas panggung bagaimana, nama bapak akan tercoreng"

"Pake popok. Nanti istri saya akan bantu kamu. Ini darurat hanya kamu tukang ngarit yang sekolah tinggi atau bisa dibilang cuma kamu Sarjana yang mau ngarit, san. Jd tolong ya."

sabtu 21 maret, pagi itu momen besar untuk desa kami terkhusus bagi kepala desa. Bpk bupati kami berbaik hati memberikan seratus ekor sapi dari afrika untk peternak sapi di desa kami. Program ini akan segera menjadi gerakan nasional sebagai penanggulangan menipisnya stok daging sapi di negri ini.
Sapi jenis ini bisa mencapai berat hingga 1 ton.jadi rencananya sapi2 itu akan digemukan kemudian stiap 5 bulan skali dipanen.
Aku masih enggan untuk pidato. aku tidak bisa.

"Baiklah begini,kalau kau mau pidato besok, kau akan ku ijinkan memegang ekor sapi afrika itu, bayangkan kau akan menjadi orang desa pertama yang berhasil memegang buntut sapi afrika. Kau akan jadi legenda. Bagaimana,san?"

apa?
buntut sapi?
Suatu khormatan besar. Siapa yang bisa menolak,

"baiklah,aku setuju.dgan satu syarat.",
"apa?"
"2 buntut sapi"
"apa?, baiklah,deal"
"saat pidato di atas panggung"
"deal"

aku segera mengirim pesan untuk kawanku yg da di pesantren,aku tau ia pasti ahli berpidato.
30 menit kemudian sebuah pesan balasan

"PIDATO MASALAH OPO BUNG?"
"SAPI BUNG"
"YO BUNG, SISOK TAK KIRIMI"
"ENGKO DALU BUNG SISOK WIS DIGAWE"
"YO BUNG,TAPI PULSAKU ENTEK O"
Aku bisa menangkap maksudnya,
"YO BUNG." pulsa 10ribu segera ku transfer ke nomornya. Semenit kemudian henponku bergetar
"APIKANE AWAKMU BUNG"
"Y0 BUNG,GAWEKNO CEPET BUNG."pintaku.

##

Pagi, di hari berikutnya di lapangan sepak bola milik desa kursi2 sudah tertata rapi, panggung pun sudah tertata megah 10 sound besar pun sudah berdiri petentang pententeng. Orang-orang penting berdatangan, bpk bupati juga sudah tiba.

pak kades duduk di samping pak bupati, menatapku penuh harap dan mengacungkan jempolnya padaku. Ah, seharusnya aku pake popok.

Sejujurnya aku belum siap sama sekali, kawanku baru mengirimkan pesan lewat email tadi pagi dan langsung ku print out, jadi aku blum membaca isi pidato satu kata pun.
Acara dimulai, rentetan pidato basa basi orang-orang penting juga usai tinggal pidato yg paling penting, pidato perwakilan dari desa, itu aku.

Sesuai janji aku pidato dengan memegang 2 buntut sapi Afrika itu.
Salam pembukaan, penghormatan kepada orang-orang penting, para peternak, kemudian ucapan syukur kepada Allah SWT, dan sholawat untuk nabi muhammad Saw.

Ku baca dengan keras. Pak kades tersenyum sesekali bertepuk tangan sendiri.

Sampai pada inti pidato
"HADIRIN SEKALIAN LANGSUNG SAJA SAYA TIDAK SUKA BERBASA BASI, KARENA SAYA LEBIH SUKA MAEN PS DARIPADA BASA BASI" ku remas buntut sapi, pak kades kaget, orang-orang penting lainnya SEMUA menganga,

"KITA SEBAGAI MANUSIA YANG BERADAB HARUS MENGHARGAI BINATANG. YA SAPI, KITA HARUS MENGHARGAI SAPI MEMBERIKAN MEREKA MAKANAN YANG LAYAK, SEPERTI JAGUNG,PADI,AGAR MEREKA MAMPU BERKOKOK TIAP PAGI"
Aku mulai tertekan, semakin kuat aku meremas ekor mereka, ini ayam apa sapi,kawanku terlalu terobsesi pada ayam atau memang ia tak pernah melihat sapi.

pak kades pamit pergi ke kamar mandi, orang-orang penting masih mengangah dan menjadi sepi "krik krik krik krik"

ku lanjutkan membaca
"HADIRIN SEKALIAN SEMOGA PROGRAM INI MAMPU MEMBERIKAN KESEJAHTERAAN BAGI PARA PETERNAK SAPI. SAYA BERHARAP PADA PARA PETERNAK SUPAYA CEKER-CEKER SAPI DIBERSIHKAN SETIAP PAGI, DAN MENGAMBIL TELURNYA DENGAN HATI-HATI AGAR TIDAK PECAH" ku remas lebih kuat buntutnya, pak kades blum keluar dari kamar mandi, orang-orang penting masih menganga beberapa pingsan,jangkrik ikut diam.

Aku tak bisa lg melanjutkan pidato, ku tarik kuat-kuat dua buntut sapi itu. si sapi afrika kaget kaki-kaki belakangnya menyepak kepalaku. aku terpelanting dari atas paggung mataku gelap.
Terdengar sorakan riang, dari tempat duduk orang-orang penting dan dari kamar mandi. Aku pingsan.

..

Sebuah tulisan lama yang terbengkalai di facebook.
Di tulis pada 21 Juli 2014
Betiring.
Santiagomufc....

Kamis, 20 Juli 2017

Ayo pulang, nak

Rintik hujan menabuh atap. sesekali cahaya kilat masuk melalui celah genteng, beberapa detik kemudian disusul gemuruh petir yang meraung-raung seperti cambuk raksasa.

"Sudah musim hujan lagi?" Pekik hatinya.

setiap musim hujan tiba sendi-sendinya terasa ngilu bukan main. Lebih ngilu dari hari-hari biasa.

Entah sudah berapa musim ia lalui. hujan, kemarau, hujan dan kemarau lagi, begitu seterusnya. Dan Semua terlihat sama. Yang nampak hanya dinding putih pucat. Orang-orang tua yang bernasib sama sepertinya.

Usia dan penyakit menggerogoti habis sisa kejayaan hidupnya. Hanya menyisakan tubuh tua yang lumpuh dan terbaring di atas ranjang. Waktu yang ia lalui terasa begitu cepat seperti gambar-gambar yang berbaris samar jauh di belakangnya.

Ia masih ingat masa kecil dulu. Digendong di pundak bapaknya di pasar malam. bermanja minta naik komedi putar, membeli arumanis dan boneka beruang beraroma karamel. Bermanja-manja ketika sakit. Bapaknya sudah lama pergi dengan ibunya belasan tahun silam.

Ia ingat saat remaja. Anak-anak laki yang seumurannya rela berkelahi demi mendapatkan hatinya. Ia ingat saat pertama kali jatuh hati pada pemuda anak tukang jahit sepatu, ia sembunyi-sembunyi  bertemu di belakang balai desa. Sebuah kisah yang manis meski pada akhirnya si anak tukang jahit itu pergi le Malaysia dan menikah di sana.

Ia juga masih sangat ingat saat pertama kali produser rekaman itu menawarinya kontrak kerja. Produser yang akhirnya menjadi suaminya, suami yang sangat ia sayangi. Saat kepopulerannya dulu, wajahnya cantiknya setiap hari menghiasi layar kaca.

Ia ingat saat bahagia menanti kelahiran ketiga anaknya. Hari-hari yang luar biasa baginya. Waktu-waktu persalinan, suami tak pernah pergi dari sisinya.

Masa-masa yang telah berjalan dan rasanya manis, Hingga pada suatu hari sebuah penyakit yang membuatnya lumpuh. Biaya pengobatan yang tak murah, suaminya bangkrut, sakit-sakitan dan berpulang mendahuluinya.

Ketiga anaknya telah menikah dan sibuk dengan dunianya. Ia  Pernah dirawat dan tinggal bersama anak pertamanya tapi menantunya tak tahan. bergtengkar setiap hari karena dirinya. Ia dipindah ke rumah anak keduanya dan hal sama terjadi. Begitu pula dengan anak ketiganya. Ia akhirnya berakhir di panti jompo yang selalu terlihat pucat itu.

Benar kata mereka seorang ibu bisa merawat 7 anaknya tapi tujuh anak belum tentu bisa merawat satu ibu mereka. Ia sedih, juga rindu.

Jika ingat masa-masa yang telah tertinggal jauh di belakang, ia meneteskan air mata. Ia ingin bertemu bapak, ibu, suami dan ketiga buah hatinya itu. Mereka menjemput dan mengajaknya pulang. Ia tak betah di sini. Tapi ia masih saja terbaring di atas ranjang yang semakin lama semakin terasa seperti batu. Ia menangis tersedu.

Jika perawat melihatnya sedang menangis, ia akan menanyakan dan menghibur dengan kalimat yang sama setiap hari.

"Kenapa, bu. Jangan khawatir besok mereka akan ke sini bersama cucu ibu. Ibu makan ya, yang banyak biar kelihatan bugar saat bertemu mereka."

Dan ia hanya makan bubur yang selalu terasa asin itu. Bukan karena juru masaknya yang tak tau beda garam dan gula tapi karena air matanya selalu menetes di bubur itu. Ya, air mata yang tak pernah habis.

###

Pagi ini, ia ingin makan sebanyak-banyaknya. Tak peduli asin atau terlalu manis, yang penting ia terlihat segar ketika mereka datang menjenguknya.

Ia menunggu dan yakin keluarganya akan datang . Pagi tadi ia sudah minta dimandikan perawat. Padahal di hari-hari biasa ia paling rewel saat di mandikan. Ia ingin terlihat cantik.

Dan siang itu keluarganya pun benar-benar datang menjenguknya. Bapaknya dengan sebatang arumanis dan boneka beruang beraroma karamel itu, ibunya dengan gaun tua kesayangannya dan suaminya dengan setelan jas yang pernah ia hadiahkan dulu. Mereka tersenyum mengecup keningnya.

"Ayo pulang, tempatmu bukan di sini, sayang." Ujar bapaknya dan langsung menggendongnya di pundak. Memberinya arumanis sama seperti masa kecilnya dulu.

Dan siang itu, ia benar-benar telah berpulang.

...
. Santiagomufc
Betiring, 21juli17
Mulai Di tulis seminggu yang lalu dan baru selesai hari ini.

Kisah paling serius yang pernah ku tulis...

Selasa, 18 Juli 2017

The Ali-gator (cerpen)

Tepat 2 bulan sebelum bergantinya tahun kami mendapat seorang rekan kerja baru. Menggantikan rekan kerja lama yang resign. Seorang pria muda berambut keriting, perutnya sedikit buncit dan tak seberapa tinggi. Seorang pria muda yang 1 minggu kemudian kami tau namanya adalah Ali.

Ia tak banyak bicara. Ngobrol seperlunya, lebih banyak diam dengan pandangan kosong ketika   tak ada kerjaan. Dan bukankah aneh seorang jawa tulen menggunakan bahasa Indonesia untuk bahasa sehari-hari? Tapi Tak ada yang memikirkan itu. Ya.. mungkin saja terlalu lama merantau membuatnya lebih nyaman dengan bahasa Indonesia.

Hingga di bulan ketiga ia semakin bertingkah aneh. Gak pernah nyambung jika diajak ngomong. Kalaupun nyambung ia membutuhkan waktu beberapa detik untuk loading.

Di tempat kerja kami jika ada  anak baru yang sedikit lelet maka akan diteriaki dan terjadi pada Ali.

"Sabar Al,  sudah biasa anak-anak teriak seperti itu anggap saja musik yang kurang enak di telinga. Tapi kau harus mendengarkan karena musik itu diputar diacara pernikahan." Kataku suatu hari padanya.

Krik... Krik... Ali gak ada respon sama sekali... Mungkin suaraku yang kurang keras atau mungkin aku memakai tata bahasa yang salah.

"... Di sini kita digaji setiap seminggu sekali. Mungkin tak seberapa buat sampean tapi insya Allah cukup untuk biaya makan, Al." Lanjutku.

Ali pernah bekerja di perkapalan sebelum bekerja di sini. Perbandingan gaji di kapal dan di pabrik ini adalah seperti membandingkan siang dan malam, langit dan bumi, katty perry dan inul Daratista.

Dan...  Krik.. krik... krikk...

....

Waktu berjalan, beberapa kawan kerja telah memutuskan bahwa Ali dianggap sedikit miring. Banyak yang meniru tingkahnya. Memandang kosong, berbicara tak lancar dan loadingnya, semua orang meniru tingkahnya. Hampir semua, termasuk aku dan yang paling ekstrim adalah Pitek, ia meledek Ali dengan sangat berlebihan.

...

Suatu hari aku ngobrol dengan sahabatku, Aceh, Soal Ali. Katanya, Ali mengingatkan ia pada seorang  intel yang menyamar sebagai Seorang pemulung biasa. Ada juga seorang tentara yang pura-pura miring otaknya.

Jangan-jangan Ali adalah...

Mulai saat itu aku berhenti meniru tingkah laku Ali dan menganggap ia seorang pria dewasa yang normal. Tapi tidak dengan Pitek, ia malah menjadi. Mengolok Ali lebih ekstrim dari sebelumnya.

...

Pagi di bulan Agustus di tahun kedua Ali bekerja bersama kami. Pagi itu sudah seminggu kami tak menemukan Pitek, ia sudah absen kerja selama seminggu penuh.

Ia mungkin keluar.
Ada yang bilang ia ke Malaysia.
Ada yang bilang ia ke Sumatera
Ada yang bilang  ia ke madura dan menikah di sana.
Ada yang bilang ia jadi Astronot.
Dari simpang siur kabar tentang Pitek, aku percaya bahwa Ali telah menyingkirkannya.

Waktu kembali berjalan, Ali tetaplah Ali yang lugu penuh misteri. Pitek menghilang dan mereka tetap meledek Ali.

Siapa selanjutnya,Al?

Betiring,19juli17
Santiagomufc.

Jumat, 14 Juli 2017

Sianida (a love story)

Dewi, jika kau memandangnya seperti kau lupa pada semua hal yang terasa pahit sekalipun. Ia seperti ruang yang penuh dengan kehangatan, ruang yang memberimu jalan keluar untuk lari dari masa lalu.

Bukan karena senyumnya yang indah itu atau matanya yang seperti cahaya. tapi ada sesuatu yang membuat dia istimewa. Mungkin senyumnya yang selalu mawar? Bukan. Entahlah, yang pasti jika kau mengenalnya hatimu akan berbisik
"Aku rela hidup meski di kolong jembatan sekalipun jika Dewi yang menemani,"

"Aku rela kerja siang malam demi sekuntum senyum Dewi"

Haduh..

###

November, musim hujan seperti mengetuk pintu rumahku. Sekedar bilang ia sudah datang atau ia mohon maaf karena datang terlalu awal. Bagiku tak mengapa, selama uang masih di tangan musim apapun tetap saja sama, menyenangkan.

Di luar hujan badai mengamuk bukan main. Aku sudah di kedai kopi waktu itu, menghabiskan 6 gorengan, susu hangat dan berencana memesan mie rebus. Edi yang akan mentraktir. Ada satu hal yang ia konsultasikan, perihal cinta. Anak-anak muda itu memandangku sebagai seorang playboy. Kata mereka aku gak ganteng tak lebih ganteng dari Edi, cenderung ke jelek malah. tapi anak-anak gadis banyak yang naksir. Mereka menyangka aku punya pelet atau semacam keris kecil yang bisa membuat gadis-gadis itu kesengsem.

Edi datang 5 menit kemudian. Ia setengah basah. Tak banyak bicara ia langsung memberi foto Gadis pujaannya itu. Aku mengamati beberapa menit. Memandang foto itu, Edi, foto itu, Edi, foto itu lagi, Edi lagi, foto itu lagi dan akhirnya ku simpulkan,

"Berat, Ed."

"Apanya yang berat?"

"Sainganmu kelihatannya banyak."

"Sudah pasti. Aku harus puasa berapa lama?"

"Sebulan, saat bulan ramadhan nanti. Ayo ikut aku."

Aku tau ada seorang playboy yang lebih senior, Ibad namanya, seorang kawan lama.

###

Sungguh aku tak mengerti, laki-laki seperti Ibad bisa beristri lebih dari satu. Ia tak kaya juga tak ganteng, pendek juga. bahkan jika kami berjalan bersama orang akan menyangka bahwa Primus Yustisio berjalan dengan Ucok baba.

Kedua istrinya bisa akur serumah tanpa satupun percekcokan. Saat aku dan Edi bertemu ke rumah, kedua istrinya sedang nonton sinetron India. Akur.

Aku memberikan foto gadis itu, Ibad melihat Edi, foto itu, Edi, foto itu, Edi lagi, foto itu lagi, Edi lagi, foto itu lagi dan ia beranjak dari tempat duduknya. Mengambil sesuatu di lemari.

"Sehari 3 kali sesudah makan." Kata Ibad, ia menaruh sebotol kapsul di meja.

"Apa ini?"  Tanya Edi.

Aku membisikan sesuatu padanya dan melirik Ibad.

Ibad membuka kacing bajunya dan menyembul rambut berintik yang menutupi seluruh dadanya.

"Jantan, bung. 100 ribu saja." katanya.

###

Waktu kembali terjun bebas. 6 bulan aku tak bertemu Edi. Ia tak membeli kapsul itu dari Ibad.

Bulan ke 5 ditahun berikutnya ia menemuiku di kedai kopi yang sama. Ia nampak lesu. Aku menduga ia tak punya uang.

"Dewi akan menikah bulan depan." Katanya.

"Banyak gadis lain Ed, jangan bersedih, kalau tak ada gadis janda pun tak apa. Yang lagi ngetren perjaka menikah dengan nenek-nenek." Aku menepuk pundak Edi, menguatkan hatinya.

"Kabar baiknya, kawan, aku akan segera menikah. Aku akan berhenti jadi playboy untuk selama-lamanya." Aku menyodorkan sebuah undangan yang masih terbungkus plastik.

"Dengan siapa bung?" Ia membaca undangan itu dan beberapa detik kemudian ia memandangku dengan aneh.

"Dewi?" Ia melongo.

aku tersenyum dan mengambil sesuatu dari tas, sebuah hadiah untuknya. Sebagai pelipur lara.

"Sianida."kataku.

...

Sabtu, 15 juli 2017
Santiagomufc