Kamis, 20 Juli 2017

Ayo pulang, nak

Rintik hujan menabuh atap. sesekali cahaya kilat masuk melalui celah genteng, beberapa detik kemudian disusul gemuruh petir yang meraung-raung seperti cambuk raksasa.

"Sudah musim hujan lagi?" Pekik hatinya.

setiap musim hujan tiba sendi-sendinya terasa ngilu bukan main. Lebih ngilu dari hari-hari biasa.

Entah sudah berapa musim ia lalui. hujan, kemarau, hujan dan kemarau lagi, begitu seterusnya. Dan Semua terlihat sama. Yang nampak hanya dinding putih pucat. Orang-orang tua yang bernasib sama sepertinya.

Usia dan penyakit menggerogoti habis sisa kejayaan hidupnya. Hanya menyisakan tubuh tua yang lumpuh dan terbaring di atas ranjang. Waktu yang ia lalui terasa begitu cepat seperti gambar-gambar yang berbaris samar jauh di belakangnya.

Ia masih ingat masa kecil dulu. Digendong di pundak bapaknya di pasar malam. bermanja minta naik komedi putar, membeli arumanis dan boneka beruang beraroma karamel. Bermanja-manja ketika sakit. Bapaknya sudah lama pergi dengan ibunya belasan tahun silam.

Ia ingat saat remaja. Anak-anak laki yang seumurannya rela berkelahi demi mendapatkan hatinya. Ia ingat saat pertama kali jatuh hati pada pemuda anak tukang jahit sepatu, ia sembunyi-sembunyi  bertemu di belakang balai desa. Sebuah kisah yang manis meski pada akhirnya si anak tukang jahit itu pergi le Malaysia dan menikah di sana.

Ia juga masih sangat ingat saat pertama kali produser rekaman itu menawarinya kontrak kerja. Produser yang akhirnya menjadi suaminya, suami yang sangat ia sayangi. Saat kepopulerannya dulu, wajahnya cantiknya setiap hari menghiasi layar kaca.

Ia ingat saat bahagia menanti kelahiran ketiga anaknya. Hari-hari yang luar biasa baginya. Waktu-waktu persalinan, suami tak pernah pergi dari sisinya.

Masa-masa yang telah berjalan dan rasanya manis, Hingga pada suatu hari sebuah penyakit yang membuatnya lumpuh. Biaya pengobatan yang tak murah, suaminya bangkrut, sakit-sakitan dan berpulang mendahuluinya.

Ketiga anaknya telah menikah dan sibuk dengan dunianya. Ia  Pernah dirawat dan tinggal bersama anak pertamanya tapi menantunya tak tahan. bergtengkar setiap hari karena dirinya. Ia dipindah ke rumah anak keduanya dan hal sama terjadi. Begitu pula dengan anak ketiganya. Ia akhirnya berakhir di panti jompo yang selalu terlihat pucat itu.

Benar kata mereka seorang ibu bisa merawat 7 anaknya tapi tujuh anak belum tentu bisa merawat satu ibu mereka. Ia sedih, juga rindu.

Jika ingat masa-masa yang telah tertinggal jauh di belakang, ia meneteskan air mata. Ia ingin bertemu bapak, ibu, suami dan ketiga buah hatinya itu. Mereka menjemput dan mengajaknya pulang. Ia tak betah di sini. Tapi ia masih saja terbaring di atas ranjang yang semakin lama semakin terasa seperti batu. Ia menangis tersedu.

Jika perawat melihatnya sedang menangis, ia akan menanyakan dan menghibur dengan kalimat yang sama setiap hari.

"Kenapa, bu. Jangan khawatir besok mereka akan ke sini bersama cucu ibu. Ibu makan ya, yang banyak biar kelihatan bugar saat bertemu mereka."

Dan ia hanya makan bubur yang selalu terasa asin itu. Bukan karena juru masaknya yang tak tau beda garam dan gula tapi karena air matanya selalu menetes di bubur itu. Ya, air mata yang tak pernah habis.

###

Pagi ini, ia ingin makan sebanyak-banyaknya. Tak peduli asin atau terlalu manis, yang penting ia terlihat segar ketika mereka datang menjenguknya.

Ia menunggu dan yakin keluarganya akan datang . Pagi tadi ia sudah minta dimandikan perawat. Padahal di hari-hari biasa ia paling rewel saat di mandikan. Ia ingin terlihat cantik.

Dan siang itu keluarganya pun benar-benar datang menjenguknya. Bapaknya dengan sebatang arumanis dan boneka beruang beraroma karamel itu, ibunya dengan gaun tua kesayangannya dan suaminya dengan setelan jas yang pernah ia hadiahkan dulu. Mereka tersenyum mengecup keningnya.

"Ayo pulang, tempatmu bukan di sini, sayang." Ujar bapaknya dan langsung menggendongnya di pundak. Memberinya arumanis sama seperti masa kecilnya dulu.

Dan siang itu, ia benar-benar telah berpulang.

...
. Santiagomufc
Betiring, 21juli17
Mulai Di tulis seminggu yang lalu dan baru selesai hari ini.

Kisah paling serius yang pernah ku tulis...

0 komentar:

Posting Komentar