Kamis, 24 Agustus 2017

Bukan beruang hanya tak beruang

Beberapa orang berpakaian rapi berdiri di tepi jalan depan sebuah konter hp. Mereka memberikan selebaran pada semua pengendara yang lewat. Semuanya terkecuali Darmaji.

Kenapa?

Maka ia putar motornya. mencoba mengambil jalur yang sama, melewati konter itu lagi. Orang-orang itu pun tak memberinya kertas selebaran. Meski ia memperlambat laju motornya dan tangan kirinya sudah terulur tapi orang-orang itu seperti tak melihatnya. Ia mengulanginya beberapa kali dan hasilnya tetap sama, ia tak diberi selebaran.

Ia putar lagi. Kali ini ia berhenti.

"Berikan aku selebaran itu."

"Buat apa bung? Harga-harga pada selebaran ini hanya akan membuatmu stress. Lupakan saja."

"Eh, jamput, kau pikir aku tak mampu membelinya?"

Tanpa basa-basi orang itu akhirnya menyodorkan selebaran itu. Darmaji melihat harga-harga itu.

"Ini sebuah harga yang gila. Sampah-sampah ini nanti juga akan menjadi barang kuno dan tak lebih dari sebuah rongsokan."

"Rongsokan yang tak mampu kau beli? Sudah ku duga." Orang itu menyambar selebaran dari tangan Darmaji.

Darmaji menggeber motornya meninggalkan konter  , hatinya memaki, jamput.

...

Kemarau mencapai puncaknya ketika darmaji berhenti di sebuah warung kopi pinggir jalan. Di sana sudah banyak orang yang juga beristirahat, minum es atau secangkir kopi.

Tak lama setelah ia duduk dan segelas es blewah pun disajikan, datang seorang pengemis tua. Pengemis itu meminta pada setiap orang yang duduk di sana. Semuanya kecuali Darmaji. Si Pengemis tua melaluinya begitu saja. Seolah ia tak ada.

Hei.. ia tersinggung. Ia bangkit ingin marah tapi si pengemis sudah cukup jauh. Tak lama setelah pengemis pertama datang pengemis kedua. Seorang anak kecil menggendong boneka kumal matanya tinggal satu. Hatinya menangis melihat anak itu.

Setelah menengadahkan tangan pada beberapa orang di sana ia berhenti tepat di hadapan Darmaji. Darmaji senang bukan main akhirnya ia dihargai. tangannya merogoh saku ketika si pengemis kecil menyodorkan selembar uang padanya.

Apa-apaan ini!! Ia melempar uang itu

Ia bangkit, si pengemis kecil malah memberinya uang? Apa ia terlihat lebih miskin darinya?
Hampir saja ia mengeluarkan sumpah serapahnya. Tapi pemilik warung tiba-tiba datang dan memberinya bill.

Bill? Warung reyot dengan es rasa kaos kaki memakai bill?

"Berapa?" Tanyanya ketus

"Kuharap kalian punya kembaliannya." Gerutunya.

"Apa!! Ini harga yang gila untuk es yang bahkan bebek pun tak mau meminumnya." Teriaknya setelah ia melihat harga es yang baru saja ia habiskan.

"Jangan buat malu dirimu sendiri, tuan. Bayar atau kau ditelanjangi." Kata pemilik warung.

Jampuut ..
Ia merogoh seluruh sakunya, memeriksa isi jok motornya. Tapi Duitnya kurang. Ditelanjangi? ia masih punya harga diri. tapi kemudian ia ingat pada selembar uang dari si pengemis kecil. Uang yanh dilemparnya. Ia memungutnya kembali.

.....

Toko-toko berjejer, menawarkan barang-barang berkilau yang harganya tak murah. Untuk menebusnya setidaknya kau harus bergaji melebihi bupati.

Aku tinggal di negri apa?
Darmaji terbangun pagi kemarin dan menemukan bahwa harga-harga sudah tak masuk akal lagi. Bahkan garam bisa semahal itu.

"Kau ingin punya uang, korupsi atau merampok." Kata seorang yang ia temui di warung kemarin.

Kalau korupsi sudah terlalu mainstream. Gak keren. kalau tertangkap dan jadi berita, orang akan lebih memandang rendah dirinya. Ia akan merampok Bank.

Maka pagi ini ia memutuskan untuk merampok sebuah bank. Ia tak perlu membawa banyak senjata tajam apalagi senjata api. Cukup dengan tangan kosong. Ia jago kungfu. Semua orang tahu  itu.

Langkahnya terhenti tepat di halaman bank. Ia lupa hari ini adalah minggu dan besok tanggal 17. Bank akan libur 2 hari.

Oke ia akan membobol ATM saja. Tapi ketika Sampai di sana Orang-orang banyak mengantri.

Aku rampok saja minimarket itu. Ketika ia memasuki minimarket dan menghampiri kasir, mbak kasir malah memberinya uang.

"Hei, Aku bukan pengem..." Ia berhenti ketika melihat selembar uang yang diterimanya.

B.a.n.y.a.k  s-e-k-a-l-i.....
"Te.. terima kasih, Mbak." Ia meninggalkan minimarket Dan satu persatu mendatangi toko demi toko, warung demi warung dan rumah demi rumah.

Ia bukan Beruang,
Ia hanya tak Beruang.

..
Santiagomufc, 13 Agustus 17.

0 komentar:

Posting Komentar