Minggu, 14 Mei 2017

Senyummu dalam selembar banner

Senyummu dalam selembar banner.
Sebuah cerpen.

Tiba-tiba hari menjadi lambat, jarum detik menjadi menit, jarum menit menjadi jam, dan jarum jam mati suri. Aku tak ingin melangkah lagi.
.....

Pagi ini ku temukan lagi wajah dan senyummu pada sebuah banner depan sekolah. Sebuah pengumuman penerimaan siswa baru. Kau nampak tersenyum lebar, membawa setumpuk buku. 

Senyum itu,
Sebuah khas yang tak pernah dimiliki gadis lain.
Jika senyum itu diberikan padamu,
Maka kau akan menjadi akhsay kumar yang menyanyi dan menari.
Dil ne ye ka ha hai dil se..
Mohabatho ke hi hai thumse...
Dan mimpi-mimpimu akan berwarna lagi. Ooohhh yyaaaahhh.

Maka hari-hari selanjutnya motor dan hatiku selalu berhenti di sekolah itu, beberapa menit sebelum kulanjutkan perjalanan. Berharap menemukanmu lagi. Ya, kau pasti guru di sana atau mungkin TU. Iya kan?

Hari memanjat menemui bulan. Bulan meloncat mencapai tahun. nyatanya aku tak pernah menemukanmu di sana. Banner dengan senyummu sudah lama dicopot dan kini terpasang banner baru dengan model gadis lain. Aku mulai jenuh.

"Maaf pak, mau nanya. gadis yang ada di banner lama itu siapa ya?" Tanyaku pada tukang sapu yang berwajah teduh. Raut mukanya garang tapi penuh kedamaian. Aku bisa merasakannya.

"Banner yang mana ya mas?"

"Banner yang udah dicopot"

Bapak itu mencoba mengingat sesuatu.
"Oh itu guru di sini mas. Dulu. Sekarang udah enggak."

"Loh emang, sekarang ngajar dimana pak?"

"Beberapa bulan yang lalu ia mengalami kecelakaan hebat mas. Motornya dilindas truk kontainer. Ia meninggal saat itu juga."

"Me.. meninggal pak?"

Langit seketika itu gelap, gunung-gunung memuntahkan lahar panas, beberapa gunung mulai berterbangan seperti kapas dimainkan angin.

Waktu melambat. Dan aku tak berani melangkah.

Santiagomufc®
14 mei 17.

0 komentar:

Posting Komentar