Sabtu, 22 Juli 2017

Ridho (sebuah cerpen yang semoga bisa menjadi inspirasi)

Gadis itu berlari mengimbangi deras hujan. Memeluk erat sebuah kardus berisi snack. Semoga tak basah...
Semoga tak basah...

Ia membungkuk menjaga kardus itu dari rintik hujan yang semakin menjadi. punggungnya basah. tak apa yang terpenting snack itu tak melempem ketika sampai di tangan pelanggan.

"Kenapa lama sekali?" Pemilik toko ketus,
"Basah gak tuh?" Matanya melirik, sebuah tatapan  jahat.

Tapi gadis itu sudah terbiasa dengan si ibu hj. Pemilik toko snack itu. Silahkan ketus, silahkan ngomel, silahkan marah-marah yang penting gaji tak pernah telat.

Suatu saat semua ini akan terbayarkan. Gadis itu tersenyum. Sebuah senyum manis, ya selalu terlihat manis.

Ia datang ke toko itu pagi-pagi sekali dan pulang ketika matahari hampir pamitan. Selalu seperti itu setiap hari, jenuh? Mimpi-mimpinya selalu memberi nyala dan warna.

"Semua ini akan terbayar." Kalimat itu yang selalu ia gumamkan ketika lelah dan jenuh sampai pada puncaknya.

Ia tak bisa Melanjutkan kuliah, tak mungkin. Ibu dan kedua adiknya hanya bergantung padanya. Bapaknya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Dan kini detak kehidupan keluarganya hanya bersandar di punggungnya. Tapi ia tahu mimpi-mimpinya akan selalu hidup.

Sepulang dari toko ia biasanya membantu ibunya di dapur, menemani adik-adiknya belajar dan ia akhiri malam dengan menulis. Menulis apa saja, keluh kesahnya, ibu hj. Yang tiba-tiba menjadi sangat lembut, mungkin menang undian atau dapat umroh gratis lagi. Tentang pelanggan yang selalu rewel atau yang suka ngutang. Dan selalu tentang seorang pemuda berotot yang bernama santiago itu.

Hei, tentang pemuda itu, ia gak ganteng, gak kaya, tapi ia selalu menjadi tokoh utama dalam catatan-catatannya.

Mungkin ototnya, bukan.

Mungkin giginya yang maju itu ,ih bukan, apaan sih.

Mungkin, ia orang kaya, bukan, ia hanya penjual snack eceran  di rumahnya, ia biasanya belanja di toko ibu hj, makanya si gadis bermata teduh itu kenal dengannya.

Mungkin ia pemuda sederhana yang Sholeh, ya gadis itu menyukai kesederhanaan Santiago.

Ia menulis setiap malam, sesuatu yang ia yakin suatu hari nanti akan menjadi sebuah karya. Sebuah buku yang akan menginspirasi banyak orang. Itu mimpinya.

##

Sore itu sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Ada tamu, sepasang suami istri dan seorang pemuda yang ia kenal, Parman.

Ia mengerti maksud kedatangan mereka dan ia tau Parman adalah pria begundal kaya raya yang manja. Ia sering menggoda wanita, mabuk-mabukan dan gak punya iman, sadis sekali, tapi kenyataannya memang seperti itu, pergi ke masjid aja gak pernah.

Gadis itu menolak dengan santun, Parman dan kedua orangtuanya pulang  dengan tangan hampa, marah dan kecewa. Siapa dia? Berani menolak lamaran Parman.

"Kenapa menolak, nak? Itu satu-satunya jalan yang bisa membuat hidup kita lebih mudah."

"Bu, percayalah tak akan ada kehidupan yang lebih baik jika Allah saja ia tak kenal. Percayalah tanpa mereka hidup kita akan lebih baik, ibu sabar."

##

Hari-hari berlanjut seperti lari siput yang sedang keseleo kakinya. Rutinitas yang sama. Toko snack, ibu Hj. Yang ketus, pelanggan yang rewel dan menulis yang tiada henti.

Kabar baiknya, ia sudah mulai menulis cerpen dan mulai mengirimkan ke koran dan majalah. Beberapa cerpennya diabaikan tapi ia tak pernah menyerah. Ia terus menulis hingga pada suatu hari sebuah majalah menerbitkan cerpennya. Sebuah cerpen yang menjadi awal dari cerpen-cerpen yang lahir dari karyanya. Tulisan-tulisan yang menginspirasi.

Waktu berjalan seperti siput yang berjalan, kakinya sudah sembuh tapi ia tak mau lari. Gadis itu, tak lagi bekerja di toko snack ibu Hj. yang ketus. Ia sudah menjadi hebat, mengisi seminar-seminar kepenulisan, bahkan dua novelnya sudah di filmkan.

Kau tau siapa gadis hebat itu? Ia adalah kau,
Kau gadis yang tak pernah menyerah dengan keadaan.
Gadis dengan mimpi-mimpi besarnya.
Gadis yang tak pernah silau dengan kemilau berlian,
Gadis yang ketika keras kehidupan mencekik lehernya ia akan bergumam

Semua ini akan terbayar.

==
Santiagomufc
Betiring, 23 Juli 2017..
==

0 komentar:

Posting Komentar