Selasa, 18 Juli 2017

The Ali-gator (cerpen)

Tepat 2 bulan sebelum bergantinya tahun kami mendapat seorang rekan kerja baru. Menggantikan rekan kerja lama yang resign. Seorang pria muda berambut keriting, perutnya sedikit buncit dan tak seberapa tinggi. Seorang pria muda yang 1 minggu kemudian kami tau namanya adalah Ali.

Ia tak banyak bicara. Ngobrol seperlunya, lebih banyak diam dengan pandangan kosong ketika   tak ada kerjaan. Dan bukankah aneh seorang jawa tulen menggunakan bahasa Indonesia untuk bahasa sehari-hari? Tapi Tak ada yang memikirkan itu. Ya.. mungkin saja terlalu lama merantau membuatnya lebih nyaman dengan bahasa Indonesia.

Hingga di bulan ketiga ia semakin bertingkah aneh. Gak pernah nyambung jika diajak ngomong. Kalaupun nyambung ia membutuhkan waktu beberapa detik untuk loading.

Di tempat kerja kami jika ada  anak baru yang sedikit lelet maka akan diteriaki dan terjadi pada Ali.

"Sabar Al,  sudah biasa anak-anak teriak seperti itu anggap saja musik yang kurang enak di telinga. Tapi kau harus mendengarkan karena musik itu diputar diacara pernikahan." Kataku suatu hari padanya.

Krik... Krik... Ali gak ada respon sama sekali... Mungkin suaraku yang kurang keras atau mungkin aku memakai tata bahasa yang salah.

"... Di sini kita digaji setiap seminggu sekali. Mungkin tak seberapa buat sampean tapi insya Allah cukup untuk biaya makan, Al." Lanjutku.

Ali pernah bekerja di perkapalan sebelum bekerja di sini. Perbandingan gaji di kapal dan di pabrik ini adalah seperti membandingkan siang dan malam, langit dan bumi, katty perry dan inul Daratista.

Dan...  Krik.. krik... krikk...

....

Waktu berjalan, beberapa kawan kerja telah memutuskan bahwa Ali dianggap sedikit miring. Banyak yang meniru tingkahnya. Memandang kosong, berbicara tak lancar dan loadingnya, semua orang meniru tingkahnya. Hampir semua, termasuk aku dan yang paling ekstrim adalah Pitek, ia meledek Ali dengan sangat berlebihan.

...

Suatu hari aku ngobrol dengan sahabatku, Aceh, Soal Ali. Katanya, Ali mengingatkan ia pada seorang  intel yang menyamar sebagai Seorang pemulung biasa. Ada juga seorang tentara yang pura-pura miring otaknya.

Jangan-jangan Ali adalah...

Mulai saat itu aku berhenti meniru tingkah laku Ali dan menganggap ia seorang pria dewasa yang normal. Tapi tidak dengan Pitek, ia malah menjadi. Mengolok Ali lebih ekstrim dari sebelumnya.

...

Pagi di bulan Agustus di tahun kedua Ali bekerja bersama kami. Pagi itu sudah seminggu kami tak menemukan Pitek, ia sudah absen kerja selama seminggu penuh.

Ia mungkin keluar.
Ada yang bilang ia ke Malaysia.
Ada yang bilang ia ke Sumatera
Ada yang bilang  ia ke madura dan menikah di sana.
Ada yang bilang ia jadi Astronot.
Dari simpang siur kabar tentang Pitek, aku percaya bahwa Ali telah menyingkirkannya.

Waktu kembali berjalan, Ali tetaplah Ali yang lugu penuh misteri. Pitek menghilang dan mereka tetap meledek Ali.

Siapa selanjutnya,Al?

Betiring,19juli17
Santiagomufc.

0 komentar:

Posting Komentar