Minggu, 19 Juni 2016

The Amazing Sapidamen - Kotak Berkarat 1

Hujan mengguyur sepanjang hari, sejak tadi pagi bahkan sejak kemarin mendung mendominasi warna langit. Kemarau akan datang sangat terlambat atau mungkin tahun ini ia tidak datang sama sekali. Itu berarti petani tak akan pernah nganggur, akan ada banyak pekerjaan untuk mereka.

Aku ingat satu cerita yang pernah menimpa Pikir parkir beberapa tahun yang lalu. Saat itu hujan tiada berhenti. Dingin menghantam menuai banyak respon, ada yang bersyukur dan tak sedikit yang mengeluh. banyak yang berhenti bekerja dan memilih nongkrong di dalam selimut dan ada segelintir orang yang tetap bekerja di bawah guyur hujan, salah satu dari segelintir orang itu adalah Pikir parkir. Ia tetap mencangkul di sawahnya. hingga seseorang tergopoh menghampirinya, seorang kakek.

"Nak, tolong aku nak, Hosh hosh" ujar kakek itu matanya melotot, nafasnya memburu, bibirnya biru pucat, ia menggigil, takut.

Pikir parkir melongo, ia tak asing dengan wajah kakek itu. Ia mencoba menginggatnya,

"Nak tolong, bawa kotak ini pergi sejauh mungkin dariku. Orang-orang itu mengejarku, ingin membunuhku demi mendapatkan kotak ini." kakek itu menyerahkan sebuah kotak besi yang berkarat, lantas ia berlari meninggalkan parkir dengan kotak berkarat itu.

Parkir memandang bingung kakek itu, hingga si kakek lenyap di kejauhan. Ia sejenak menatap kotak berkarat itu, Bom? Emas? Atau mungkin segepok uang? Entahlah. ia kembali mencangkul.

____

Gerimis masih menghiasi malam, sepi tak satu pun orang yang rela meninggalkan tempat tidurnya kecuali ketiga orang berjubah ini, ia mencari rumah pikir parkir. mereka menemukannya.

"Tok.. Tok... Tok.." Suara pintu rumah Pikir parkir di ketok.
.
"Ini rumah anak itu kan?" tanya salah seorang manusia berjubah itu.
"Mungkin... Menurut google si gitu"
"Dorr... Dorrr" dan digedor.
"Braak..Braaak..." kini mereka mencoba mendobrak.

"Woe kampret!!" seseorang terbangun, lekas ia meraih golok dan dengan kasar membuka pintu, ia bukan pikir parkir.
"Bosen urip kowe? Kampret tak pateni kowe?" Seorang bapak-bapak brewok berbadan besar melotot tangan erat menggengam golok.

"A..ampun pak.. Saya salah alamat mungkin. saya nyari rumah pikir parkir pak."

"Kampret, rumah Parkir di RT sebelah. Wah kurang ajar kowe iki" Bapak brewok mengangkat golok membuat ketiga pria berjubah itu kabur.
___

"Tok..tok"
"Siapa?" Tanya parkir
"Ini rumah mas pikir parkir?" tanya seseorang dari balik pintu.
"Bukan ini rumah orang tua saya, saya masih numpang."
"Sama aja rumah kamu, Gobloke pol!"
"Ssst.. Ini bener rumahnya"
"Ada apa ya?" tanya parkir, ia mendekati pintu.
"Buang kotak itu, atau hidupmu dalam bahaya."
"Kotak?"Parkir mengingat sesuatu kota berkarat itu.
"Ada apa dengan kotak itu?" Parkir membuka pintu dan tak ada siapapun di luar sana.

Lekas ia mencari kotak itu, meraihnya dari kolong tempat tidur dan membukannya paksa.

"Sebuah Stik Ps?" ia ingat. kakek itu adalah pemilik rental Ps yang sudah gulung tikar belasan tahun silam.

"tapi mengapa?" Parkir membolak balik stik itu. Dan tak mengerti...

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar